Aku memujamu...
Dengan santun yang menyelinap pada guratan syairku.
Aku teraniaya.
Oleh senyumanmu, meregang kerinduan dalam pejamnya mata.
Tak ada ruang tanpa mata.
Di sana selalu tersimpan langkahku saat ku datang padamu.
Seperti Kelinci.
Yang mengintip di balik lubangnya.
Ku temui pada desah nafasnya yang mengembun di udara.
Berlari seketika ku kejar, tak tersentuh sehelaipun dari jejakmu.
Tak kuat kaki ini terus berlari.
Terkapar pada pengharapan yang usang.
Kelinci menjauh dari pandanganku.
Tak tampak kasat mata.
Pernah ada.
Jaka Krisnadi: 5 september 2010