Rabu, September 01, 2010

Cerita dari negeri ini...

Cerita dari negeri ini...

Terlalu pedih untuk dilantunkan, pada anak cucu kami nanti.

Sebuah tidak berdayanya hati nurani dari tiap-tiap kami.

Untuk menjadikan kedamaian lahir dan batin sebagai jalan hidup kami.

Kami? rakyat yang terbuang dari sekian kerakusan yang tiada henti.

Begitu deras tak berarah, berkiblat pada korupsi.

Tak lama, anak cucu kami akan lihat.

Tak akan ada lagi negeri ini berdiri.



Lihatlah ke bawah, itu jauh lebih baik.

Pada jiwa-jiwa yang teraniaya.


Ada do'a yang teramat kuat.


Penuh makna pada syukur yang tak pernah usai.


Tak terbuang dan takkan usang.


Jangan pinggirkan mereka, kesedihannya adalah sakitmu kelak.


Untuk apa kau bertumpu pada sehelai daun yang nantinya akan mengering.


Angka-angka semu yang selebihnya palsu.


Jangan pernah kau tatap mata mereka dengan cahaya yang berkilau.


Sebab akan datang gelap yang menyelimuti mata hatimu.


Sederhana untuk direnungkan pada dunia yang membalut pikiranku.


Lebih memahami siapa kita dan untuk siapa kita ada.


Lihatlah ke bawah, itu jauh lebih baik.

Aku penyair yang abadi.

Saat hati, memantau makna yang elok.

Mendaki uraian kata yang terjal di kaki langit.

Tertegun pada hampa yang luas meresah di jiwa.

Aku penyair yang kosong.

Tanpa tuan, aku belajar.

Mengalirkan segenap rasa yang tertuang.

Pada pena yang jumawa disetiap lugasnya.

Aku penyair yang pasti.

Rasanya ingin ku ubah dunia ini serba hijau.

Meskipun yang ada hanyalah terik.

Meresapi gundahnya semesta.

Aku penyair yang membumi.

Pada cinta, semua tertuju.

Saat satu senyuman merubah segala.

Gapai hakikat pada hidup.

Aku penyair yang abadi.

Rabu, Agustus 18, 2010

Hanya aku dan pena yang tahu..

Jika ada cinta saat ini.

Sekedar untuk membasuh peluhku yang lara.

Aku akan mengalun pada malam yang pekat.

Tak berirama dan tak bersuara.

Segalanya adalah keadaan yang indah syarat makna.

Tentang hati ini yang selalu terangkai pada birunya dinding syair.

Saat romansa yang getir.

Layaknya pujangga yang tersesat pada rerumpun rindu.

Menerawang gelisah hingga ke utara, dan kembali ke selatan.

Ternyata begitulah hidup.

Syairku ada pada dunia.

Ada cinta dipelataran hatiku.

Mengukir lembaran bait yang tersusun pada atap jiwa.

Memejam dalam gelap.

Tak ada beda saat ku renungkan.

Tapi cinta, selalu berbeda pada setiap syairnya.

Dan selalu sama pada setiap angan.

Kemanakah? Syair cinta ini tertuju.

Hanya aku dan pena yang tahu.

Aku malu pada Muhammad dan Allahku..

Jika semua disadari..

Betapa rendahnya..

Betapa tak tahu diri..

Betapa tak mensyukuri nikmat-Mu..

Dalam do'a-do'a yang ku haturkan

Sering kali dunia yang ku minta

Dunia, dunia, dunia.. dan dunia..

Mengeluh, mengeluh, mengeluh.. dan mengeluh..

Selalu merasa kurang, dan melupakan nikmat lain yang Engkau berikan..

Nikmat sehat

Nikmatnya bernafas

Nikmatnya iman kepadaMu

Nikmatnya islam agamaMu

Jujur, aku malu pada dia..

Pada utusanMu, Muhammad..

Yang selalu bersyukur kepadaMu dalam kesederhaan

Dan aku sangat malu kepadaMu wahai Allahku..

Dalam do'a, selalu meminta dunia, bukan ampunan..

Aku malu, saat nafas ini ku dapatkan percuma

Tanpa mensyukuri RahmatMu

Aku malu..

Keharusanku, padamu.

Tak terpikirkan olehku jika harus berpaling.

Kesetiaanku tercatat pada keagungan Tuhan.

Tak terhentikan jika waktu yang akan memisahkan.

Nafas cinta ada pada takdir Tuhan.


Dan kau mampu mengerti seluruhnya isi hatiku.

Menaungi hatiku dari panasnya dunia.

Sebuah keharusan untuk ku rebahkan hati ini.

Pada pusara kerinduan tentang dirimu.

Meski sehari saja tanpa senyummu.

Aku, padamu.

Layu...

Setangkai mawar di hadap mata

Merona merahnya, berseri dengan jiwa menggericik

Ada cinta yang terkikis, perlahan mengalun terbawa alir

Senyumnya tetap kokoh, bertolak tatapan mata yang berkaca

Dia layu...

Kelinci di gigiku, dan jingga di mataku.

Di rerumputan nan hijau lagi luas.

Ku lihat dia berjalan.

Ini tentang anganku yang melayang jauh.

Melewati batas mimpi yang nyaris nyata.

Dia seorang wanita, yang ku tahu parasnya hampir seperti bidadari.

Ada elok, ada pesona.

Jika tersenyum, terlihat kedua gigi depannya nan mungil.

Gigi kelinci itu seperti gigiku.

Memang seperti gigiku, seorang pria yang menuliskan ini.

Akulah si gigi kelinci, sedikit aneh, tapi inilah aku.

Itu yang ku tahu.

Lanjut tentang wanita itu.

Dia berjalan ke arah jingga.

Jingga, bagiku sebuah perumpaan dari cinta.

Hal yang unik, ada istilah gigi kelinci, ada pula jingga.

Melekat pada sebagian besar bait yang ku gubah.

Sampai ku bingung akan berhenti dimana.

Terlalu jauh batas angan yang ku lewati.

Terlalu sering aku terlelap.

Sampai terbangun, dan berkaca.

Ada gigi kelinci di senyumku.

Ada jingga di mataku.

Sudah tak beraturan, tentang tulisan ini.

Pena ku terhenti.

Durinya melukaiku

Bagaimana jika ku pergi.

Meninggalkanmu dari satu pintu.

Sekuntum mawar genggamanku.

Sekali ini saja, jangan kau menangis.

Tapi jangan kau palingkan wajahmu dariku.

Jangan pula lambaiannya kau redam.

Jauh, selangkah saja ku berjalan.

Semakin jauh, hati ini untukmu.


Selaput rindu pasti ku benam.

Hakikat cinta telah bungkam.

Aku peluh, cerita ini harus terjadi.

Saat semuanya indah.


Pada mawar ini, durinya melukai ku.

Pada Islam Aku Bangga

Coba pikirkan, mengapa ada hujan.

Renungkan, mengapa ada angin.

Pahami, mengapa ada air mata.

Ketahui, semua yang Allah ciptakan adalah nyata.

Di hati dan di hadap mata.

Tak terlihat hingga tampak.


Dan mengapa kita, menerima itu semua.

Ucapkanlah rasa syukur kepada-Nya.

Atas islam yang ditanamkan-Nya di hati kita semua.

Sedikit saja yang kita tahu, betapa besar karunia-Nya.

Pada islam, aku bangga.

Senyummu mencubitku.

Kantuk nan berkuasa, sangat.

Mata separuh kabut.

Aku masih terpaku, duduk diam bisu.

Memandang sedikit cahaya merayu.

Sulit ku tolehkan hadapanku.

Hari kemarin usai berlalu.

Hadir dalam tegunku padamu.

Senyumanmu mencubitku.

Pada malam yang ku nanti.

Setiap lelap dini hari.

Ada bekas dalam ingatanku, esok harinya.

Senyummu mencubitku.

Jus Mangga Sang Puteri

Disaat ku datang ke rumahnya malam itu.

Sambutnya dengan sederhana dan pesona.

Disuguhkannya aku dengan senyum dan tawa.

Dan pernah aku disejukkan dengan segelas Jus Mangga.

Cerita itu biarlah menjadi sesuatu yang nantinya dapat menghiburku.

Terangkai dari semua, aroma dan kesegarannya masih terasa hingga saat ini.


Puteri...

Untuk hati yang tak mampu ku terka, ini ku persembahkan

Intuisi...

Membawaku pada catatan lama.

untuk mengangkat kembali sebuah kisah yang layak untuk dimengerti.


Menuntun pikiran ku seolah sebagai Penyair.

Yang menyelaraskan kenangan untuk tetap terjaga dengan indah.

Melalui catatan ini, aku akan bercerita.

Tentang bagaimana hati itu lembut untuk dipertanyakan,

dan keras untuk ditaklukan.


Memahaminya, butuh pemikiran serta tindakan setinggi langit.

Mengapa hati selalu lemah dalam memahami tulusnya rasa,

dan terlambat mengejar yang hampir menjadi miliknya.

Tertinggal oleh cinta yang ingin dimilikinya.


Satu yang ada dalam catatan ini,

sebuah pemeran yang bercahaya dari sekian bait yang tertera dalam rongga jiwa.



Sekali lagi, intuisi mengiringi jemariku menuangkan ini.

Menuntunku seolah sebagai Penyair,

diantara ketidaktahuan yang pasti.


Coba memahami,

mengapa lunaknya hati dapat lebih keras dari baja?

Dan mengapa kerasnya hati dapat lebih lunak dari perasaan sedih yang terdalam.

Ketika dia terlambat untuk menyadari datangnya cinta yang memang bersih meski sederhana.

Ketika dia menangis dalam penyesalannya yang telah melepas cinta.


Aku pun menangis dalam pelepasan yang teramat berat.

Ku datang, coba mendobrak lapisan-lapisan baja di hatimu,

ku lelah.. ku berpaling..


Kemudian kau datang, dengan keadaan hati yang terbuka seutuhnya.

Namun, kerasnya takdir tak kuasa ku runtuhkan dan tak mungkin kau tantang.


Terkadang ada.. waktu yang mengalun dalam hela nafasku.

Ku yakin saat itu,

kita bertemu dalam dunia yang tak dapat kita terka,

dalam ruang dan waktu dimana hanya ada kita,

dalam jauhnya batas temu yang tak tersusun, suaramu tetap ada.


Kenangan adalah warna hidup,

membawa yang telah lalu kembali ada,

dalam tempat yang istimewa.


Sebuah kerasnya hati yang teramat manis,

mampu ku tembus dan akhirnya berpaling karena lelah.


Untuk hati yang tak mampu ku terka,

ini ku persembahkan, dalam istilah maupun perumpaan,

selalu ada di rongga jiwa.

Kisahku, Jingga.

Kisah ku.

Tentang seseorang yang mampu menopang Pelangi dengan pena
dan mewarnainya dengan senyuman.

Jika benar adanya,
adalah aku teramat istimewa di setiap lirikan mata
dan terpampang di setiap kerinduan.

Coba pahami,
adakah penyair hidup tanpa rasa sakit yang menyayat hatinya siang dan malam?

Pernahkah disadari,
adakah penyair hidup tanpa air mata yang membasahi deru nafasnya yang sesak?

Yang selalu kagum pada mawar tak berduri, padahal itu tak pernah ada.

Selalu menatap bintang yang tertutup awan, padahal takkan terlihat.


Terkunci pada hari yang telah berlalu,
tak lekas bergegas pada cahaya di hadap mata.


Kisahku.

Ada sedih penuh rindu.

Yang menyebut cinta itu sebagai Jingga.

Yang menyamakan cinta dengan Jingga.

Yang mengharap cinta seperti Jingga.

Ketika menginginkan cinta, maka inginkan Jingga.


Penuh cinta sejuta rindu.

Seseorang yang berkata dalam diam, dan tertawa dalam sepi.

Termenung dalam satu detik diantara seribu waktu.


Kisahku.

Yang ingin terdengar ke seluruh dunia.

Membawa cinta pada semua.


Yang ingin meruntuhkan pelangi dalam sekejap,
dan melumurinya dengan satu warna saja.

Dengan Jingga.

Esok yang sedikit dinanti.

Esok akan datang, sesuatu yang memang sedikit dinanti.

Tatapan sederhana yang meracik beberapa rasa menjadi utuh.

Sekeping senyum yang bagiku adalah penghilang dahaga.

Tanpa meminta seutuhnya untukku.


Hati, selalu istimewa dalam kekaguman, hal biasa yang merajut sekujur rindu.

Menyapa dengan kerlipan tawa..

Memanggil namaku, pelan saja, tetapi menarik untuk didengar.

Sejenak menjadi semakin tak sabar.

Menuju hari esok, dan tetap syahdu dalam penantian.

Sedikit saja, bagiku

Senyumanmu, itu.

Sentuh ranah kalbu di perlintasan anganku.

Menggeliat sekejap tanpa rasa.

Senyumanmu, itu.

Menebar, tanpa arah namun penuh pesona.

Mencabik semua asa yang indah.

Senyumanmu, itu.

Terasa pedih, melemahkan ambisiku yang sebatas pada satu garis.

Sebuah waktu.

Senyumanmu, itu.

Menyudutkan hijaunya jantung hati.

Tak kuasa, aku berpaling.

Dari senyumanmu, itu.

Aku ingin menulis tentang apa itu Jingga

Ku ingin menulis tentang apa itu Jingga.

Guratannya membuatku berarti dan melarutkan aku dengan segala ejaan dalam hidup.

Biar dikata aku tak pantas sebagai sastrawan, arah angin tak akan mampu kalian ubah, karena langkah pena hanya tunduk pada tuannya, yaitu aku.


Aku menyebut cinta itu sebagai Jingga.

Yang mengalir dalam darah sejak ku dilahirkan.

Yang menggores hatiku hingga pedih!

Yang meracuni pikiranku dengan biasnya.

Yang mengantarkanku pada pilihan yang terindah.


Aku ingin mengungkap Jingga.

Yang ku sebut sebagai cinta.


Ku ingin menulis tentang apa itu cinta.

Pena menyatu pada jemariku, dan hati sebagai tinta yang tak pernah habis.

Cintaku adalah keangkuhanku.

Aku terlalu kokoh untuk kau runtuhkan...

Maka, jangan kau banyak bergeming.

Cukup kau diam dan menangis, jangan menatapku.

Jangan melirik padaku.

Senyumanku terlalu istimewa untuk kau jadikan pelipur lara, tak pantas kau harap dan impikan.

Cintaku adalah keangkuhanku.

Kuat meski menangis...

Percayakan pada Tuhan, tentang apa yang kau cemaskan.

Perlihatkan pada dunia, tentang apa yang kau punya.

Jangan bersembunyi dari langit, tentang apa yang tidak kau punyai.

Terus melangkah, sekalipun pedih telapak kakimu akan panasnya perjalanan hidup.

Jangan berhenti, sampai Dia menghentikan aliran darahmu.

Semangatmu, senyummu, sayangmu, tangismu, tetap mengalun dalam waktu.

Maka, jangan berhenti sampai di sini.

Tak tersentuh

Terkesampingkan semua rasa, pada hening yang pernah ku temui..

Masih ada rasa yang tersimpan kepadaku, tersenyum padaku..

Lirih memang sebuah kisah yang tercantum di hati ini, tentang dirinya di persimpangan asa


Memanggilku dan tak akan ingin lagi aku berpaling.

Meski bunga tetap abadi ditangannya, aku tak tersentuh.


Coba tanya apa maksud Tuhan memberikan ini.

Dia yang tahu cinta ini tepat pada siapa, dan indah terhadap apa.

Memang ada bayangnya di dinding lain sebuah kehidupan, dan aku tak tersentuh.

Selasa, Juli 06, 2010

Hijau dan Gigi Kelinci yang membiru.

Aku terlarut dalam hijau..

Batinku memberontak, ingin pada biru.

Tetapi tak berdaya, terjerat cinta yang haru.

Adanya kini hanyalah saat ini, sekedar kenangan untuk selanjutnya.


Tentu aku tahu..

Cinta yang selalu mengusap benakku dan membawa pada angan yang semu.

Aku terkoyak dan ingin pada biru.

Sesekali hijaunya memangggilku, pembicaraan disaat merdunya memanggilku.

Ternyata biru masih saja ada, lagi aku ingin pada biru.

Senyummnya yang pernah ku kenal, biru adalah teman yang pernah sekilas ku tahu.

Menjadi dekat, dan waktu itu aku merindu.

Gigi kelinci yang membiru di hamparan sajak-sajak berjenjang.

Seperti waktu yang goyah, di hati adanya.


Hijaunya... selalu membuatku tersenyum.

Secercah keluguan yang memang nyata.

Ya, dia hijau.

Tetapi ada biru yang juga bergeming.


Sebuah untaian yang akan selalu menapaki jalanku.

Kisahnya ada dan sendu.

Antara hujau dan biru.

Jangan bersedih...

UNTUK TEMANKU SUCI LARASATI : JANGAN BERSEDIH DAN TETAP SEMANGAT!!!!



Memang tak ada bunyi.

Namun gaungnya pasti membuat hati sejenak membisu, dan kemudian menangislah air mata.

Cerminan kesedihan, itulah ketika cinta bertepuk sebelah tangan.

Hati yang kau miliki tetap begitu adanya.

Takkan sanggup jika harus menerima, sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan.


Ada, keyakinan yang harus kau pandang.

Dibalik rasa yang menyayat, dan meruntuhkan.

Itu semua akan membaik nantinya.

Ketika ketulusan menyapa dirimu, ketulusan yang buta.

Kebutaan yang hanya melihat dengan ketulusan dan kesetiaan.

Tanpa melihat semanis apa senyummu.

Tanpa melihat secantik apa dirimu.

Dia akan melihat apa adanya pada dirimu, yang membawa pada agungnya cinta.


Cinta, jangan kau jadikan benda berduri.

Karena hati akan merasakan tajamnya, kemudian merintih.

Jadikan hatimu seperti air.

Maka hati akan merasakan sejuknya, jernihnya, manfaatnya, dan derasnya cinta yang membawa mu pada pelabuhan yang utuh.

Seorang pendamping yang setia.

Yang tak ragu ketika harus menyematkan tanda cinta di jemari manismu.

Kokohnya akan menolak semua ombak masa lalu yang pekat.


Dengarlah temanku, jangan lagi bersedih, itu saja pintaku.

Terlalu congkak suatu hal yang bertepuk sebelah tangan.

Itu tak layak kau sebut cinta.


Ini bukan nasehat, sekedar uraian dari apa yang pernah ku alami.

Kemudian ku pelajari, bahkan pernah ku bersedih.

Maka jangan sampai kau berlarut karena hal yang sama.

Sekarang kusampaikan padamu wahai temanku.


Lupakanlah hal yang pekat, dia bukan cinta sejatimu.

Sekali lagi, ada, keyakinan yang harus kau pandang.

Bahwa cinta sejati akan datang pada waktunya.

Memberikan kepastian yang murni.

Itulah cinta.

Dia isteriku.

Bila hujan adalah sebuah keharusan yang pasti diturunkan.

Begitu hatiku semestinya milikmu.

Begitu pula ragaku, serta senyumku.

Aku ingin memujamu sebatas cinta sehidup dan mati.

Memastikan bahwa engkaulah wanita untukku di dunia ini.

Saat ku pinang engkau dengan keharuan.

Ku kecup dengan kecintaan dan ku genggam dengan harapan.

Tetaplah menjadi milikku seutuhnya.

Cincin di jemari manismu, jagalah hingga bumi tak lagi ada sinarnya.

Dalam hujan yang ku anggap sebagai anugerah, seorang wanita yang sangat ku cintai tetap dalam kesetiaan.

Yang ingin selalu ku peluk atas nama Keagungan Tuhan.

Seorang isteri yang tak harus menjadi mentari di siang hari, dan tak mesti menjadi bintang di malam2ku.

Cukuplah sebagai pengingatku untuk selalu bersyukur dalam hidup.

Sebagai guru untuk anak-anakku kelak.

Engkau isteriku yang Tuhan ciptakan untukku.

Dan aku patut bersyukur, bahwa kesetiaan adalah ketulusan.

Tolak angin, dangdut dan cinta

Aku adalah sang pujangga.

Aku ingin
menjadi angin, merasuki setiap tubuh insani yang
lelah.

Hingga sebuah koin akan menamparku,
menjadikanku guratan-guratan merah di
punggung mereka.

Dan keaadaan akan
menyadarkan mereka, bahwa hanya orang pintar
yang minum Tolak Angin


Aku adalah seorang pujangga.

Aku ingin menjadi gendang dan seruling, mengiringi pinggul-pinggul para biduan yang bergoyang.

Sehingga terpancing lah hasrat mereka yang melihat goyangan itu, mengalir lah air liur dari mulut mereka.

Dan keadaan akan memaksa mereka, bahwa dangdut itu lebih baik dari jazz ataupun blues.


Aku adalah si pujangga.

Aku ingin berdansa dengan Cinderella, bersama sepatu kacanya yang berkilau, menjadikan aku pangeran satu malam saja.

Hingga usai, akan ku bawa sepatu kaca itu kepada isteriku dan memakaikan di kakinya.

Dan keadaan akan membuat dia berfikir, bahwa aku sangat mencintainya.

Aku adalah pujangga.

Yang bersenjatakan 3 pesona.

Tolak angin, dangdut dan cinta.

Aku lelaki di sampingmu.

Dan aku sedang bahagia, memandang langit yang tersenyum.

Di jiwa ini telah bersimpuh, alunan-alunan berbunga.


Tiada yang bergumam atas apa yang terjadi, meskipun gunung-gunung menyemburkan laharnya.

Walaupun gelombang lautan meninggi, menghempas daratan dengan gemuruhnya.


Ada pula seorang gadis yang duduk termenung di pelataran kalbunya yang gulita.

Itu semua ada di mimpiku..


Secarik kertas yang ku untai, ku lumuri dengan tinta kesedihan, biar terhapus dan robek oleh rasa ini yang lebihnya.

Jangan tinggalkan aku dalam keadaan ini, aku tak sanggup jika harus tanpa dirimu.

Tetap di sampingku, genggam tanganku dan biarkan raga ini leluasa untuk menjagamu dari takdir yang terkadang tak sepaham.


Uraikan cinta, langit dan bumi akan membimbing kita dalam kehidupan ini.

Aku bahagia, karena harus menemukan dirimu di pendakian yang terjal.

Sekalipun ketika gunung-gunung dan lautan bergejolak.

Aku akan tetap menjadi lelaki di sampingmu hingga nanti.

Pesona petir dan hujan yang aku rindukan

Dalam kekalutan derasnya hujan, ada sejuknya meresapi relung pikiranku.

Saat gemuruh petir bersahutan, ku rasakan merdunya melingkupi telingaku.

Aku merindukan situasi ini sejak lama, hujan deras dan petir yang buas.

Biarlah menjadi anugerah ataupun petaka, hanya Allah yang tahu, dan kita yang rasa.

Sejenak renungkanlah apa yang terjadi, merupakan sebuah kesederhanaan yang menggugah batinku.

Itu mencapai puncaknya, dari basahnya air dan kecemasanku terhadap kilatan-kilatanNya yang merdu.

Aku bahagia, dalam waktu dan gelisah.

Maaf, jika aku berharap hal ini akan berlangsung hingga esok pagi.

Demi bahagianya diriku, dalam deras dan gemuruhNya.

Alhamdulillah, berlimpah berkah yang Engkau turunkan.

Aku (jeruk) cemburu pada Facebook




Sebuah jeruk dalam ketidakpastian

Sebut saja itu aku


Dalam pencahayaan duniawi yang membuai


Namun ku tak sanggup merasakannya


Aku hanya sebuah jeruk yang datar dan tak akan berubah


Hidup menaiki tangga-tangga zaman yang terjal


Dan aku tetaplah sebuah jeruk



Semakin tipis sebuah tempat untuk ku hidup


Semakin ku diacuhkan oleh benda yang menyala siang dan malam


Dengan temannya yang setia, Facebook



Mereka bersanding dengan tanpa goyah


Akupun terbuang dan malang



Satu pintaku


Ku hanya ingin termakan


Tolong jangan acuhkan aku


Aku tak ingin membusuk



Kupaslah aku!


Makanlah aku!


Aku lebih bermanfaat dibandingkan dia, Facebook


Aku cemburu padanya


Pada makhluk yang disebut Facebook!

Minggu, Mei 16, 2010

Gigi kelinci, dan akupun hening..

Sepasang gigi kelinci dipagi hari, menemani lamunanku yang datar.

Berbagai makna yang ku tak bisa, ku tak mampu, ku tak sanggup, ku tak kuasa dan tak sempat ku genggam.


Dan terukir kisah sedih diantara harapan yang meninggi.


Sampai air mata tak meragu untuk meluap.


Memang telah hilang.


Hingga suatu saat, awan tak lagi mungkin menggambarkan senyumannya.


Sekejap akupun hening...

Kekejianku pada Tuhanku.

Renungan yang wajib untuk aku renungkan.

Kesadaran yang seharusnya aku menyadari sejak kedewasaan bersemayam pada diriku.


Adalah tentang kekejian.


Kekejian yang aku baru mengenalnya saat ini.


Kekejian itu adalah sebuah rasa tidak bersyukur yang sering ku lakukan dalam sikap serta ucapan.


Telah merusak setiap amal perbuatan yang terlaksana dan mengkhianati zikirnya alam semesta pada Sang Pencipta.


Kekejian itu telah mengotori langkahku sebagai khalifah di bumi.


Apa yang ku peroleh, dahulu dan saat ini adalah kepastian, kesempurnaan yang tak akan bisa diubah, kasih sayang yang teramat besar dari Sang Pencipta.


Sekalipun ketika duri menusuk kaki dan tajamnya pisau mengiris jari hingga berdarah dan menangis, itu semua atas ijin dan kasih sayangNya kepadaku.


Bagaimana rasa sakitnya mengarahkan aku pada pernyataan bahwa aku bukan siapa-siapa dan tak akan mampu membendung air mata yang memang seharusnya mengalir.


Betapa aku tak ingin meminta lebih dari apa yang aku peroleh, tak ingin memaksakan harapan yang tak sesuai dengan jati diriku.


Tak ingin menjadi budak dari kekejian yang akut, pada penempatan takdir yang ku paksakan dan aku tak bisa mengembannya.


Maka bersyukurlah pada apa yang aku dapat, jalani dan berikan yang terbaik.


Buatlah Tuhan bangga karena telah bertugas dengan baik sebagai khalifah.


Jangan sesekali memikirkan emas dan perak.


Jangan sesekali memimpikan mahkota yang berkilauan.


Jangan pernah meminta pada Tuhan untuk memberikan seisi dunia padaku.


Katakanlah "Aku minta yang terbaik yang menurut Engkau baik untukku". Walaupun itu hanya sepiring nasi, walaupun itu hanya selembar uang kertas yang tak seberapa nilainya, walaupun itu rasa kantuk yang menyapa ketika ku masih ingin beraktifitas.


Itu dari Tuhan ku, jangan ku ingkari dengan kekejian yang akan menyakiti zikir-zikir seisi alam semesta dan menampar yang Maha Agung.


Wajar apabila ku menangis karena ini, adalah kesalahanku karena keji pada Tuhanku sendiri.

langkah sang Penyair

Selamat datang ketidaktahuan

Bergeming dirangkaian nurani, tak karuan


Terlalu dangkal ku telusuri kalam yang tertuang di langit dan bumi


Selalu merasa esa, batin yang tandus



Menghapus makna yang sekian panjang ditelusuri


Memapah pemikiran yang cemerlang


Untuk itu aku susun larik yang terjal



Maka jangan mengungkap yang bukan cerita


Kemudian tidak menutup yang seharusnya terlupa


Biar semua pada tempatnya, pada pesona dan keingintahuan



Terlalu luas samudera untuk ku telusuri, dengan perahu tanpa kayuh


Aku tak akan sanggup berlayar dengan kegelisahan



Namun akan ku terobos padang pasir, karena memang aku mampu


Biar ku serap teriknya mentari yang menampar, karena memang aku tahu


Dan untuk itulah aku dilahirkan ke bumi



Seorang penyair yang percaya pada langkah-langkahnya


Selamat datang ketidaktahuan

Gombal sang suami..

Menggenggam tanganmu dalam jeruji yang sempit.

Meskipun sesak, aku tetap cinta di perumpamaan.


Sakit yang membuai.


Ku tularkan wabah kerinduan, kasih sayang, kelembutan dan cinta.


Pasti kau akan bahagia ketika menderita penyakitnya, hingga menangis di pangkuanku.


Kemudian tertawa lepas dan bersahaja.



Seorang suami yang menggombal kepada isteri yang dicintainya.


Seorang suami yang tak sanggup untuk melepaskan kecupan dari kening isterinya.


Seorang suami yang selalu merindu dalam detik-detik nafasnya.



Bosan kau mendengar kata rindu dariku, tapi selalu kau peluk tubuhku dalam dinginnya malam.


Memang bosan yang berbohong, dan membuatku tersenyum di setiap menggombal padamu.



Aku rasa, aku pantas untukmu,


dan kau terbaik untukku.



Di bingkai yang sederhana, ada wajah bahagia.


Kau di sini, menemani dalam hening.


Jangan percaya dan tak bisa menyangkal, aku ketuk hatimu.


Seorang suami yang menggombal kepada isterinya.


Aku rindu kamu, sayang.

Ilalang yang lekang

Tak seperti padi..


Sebuah ilalang yang terus menerus tinggi, tak merunduk, congkak.



Tidak kah dia tahu, syetan telah merasukinya.



Sekumpulan jin jahat berbaris di belakang jasadnya yang pendek.



Alam telah bersaksi tentang satu hal, ke-Esaan Tuhan yang Maha Agung.



Maka, sastra menjadi ungkapan yang pantas atas kelamnya dunia.



Belum lah terucap sebuah kalimat syakral, namun saling berjanji sehidup semati.



Tidak lah itu pasti, dan hanya buaian yang nyata.



Hingga tiba saatnya, syetan dan para jin yang jahat akan berkhianat dan menjatuhkan ulah mereka.



Ilalang, tak sedap dipandang mata meskipun hijau.



Congkaknya menggeroti hijau yang terhina.



Keringatmu tercipta dari emosi langit dan bumi.



Mentari dan bulan tak bisa berkedip dari tingkah mu.



Halus yang bergerigi, menyakiti lunaknya sepiring nasi.



Tanpa cahaya, jalan mu genap menopang beban yang berat.



Sungguh kini tak ada elok.



Sangat malang nasib perawan di seberang lautan, kesetiaan mu adalah emas yang kau ukir.



Do'aku untuk mu, aku dan tercinta akan datang ke pulau tempat kau tinggal.

Special One....

Tak seindah lagu cinta, tapi senikmat menatap mentari senja.

Kau tersenyum di pagi, siang, dan malam-malam ku.


Kau sajikan kehangatan di relung hati yang terdalam.


Aishiteru....

Hai gadis...

Hai gadis..

Kau bukan segalanya..


Kau bukan langit..


Sekalipun kau itu langit, masih ada

langit di atas mu.
Kecantikanmu ada dari hati dan
ucapanmu.

Takkan terlihat dari parasmu yang jelita,

itu semu.

Jangan sakiti dirimu dengan amarah

yang tak pantas dan merusak parasmu.

Itu saja pintaku, hingga kau dapatkan lelaki yang terbaik.

Biarkan aku melangkah, cinta. Bagikan

Terkadang cinta selalu punya jalan
yang berliku, ada suka dan duka.

Sepertinya lebih bersahabat dengan liku-liku.

Namun yang pasti, cinta itu selalu menjadi misteri
bagiku...

Mengenal dirimu adalah bahagia untukku,
biar menjadi kenangan yang indah.

Kini aku telah bersamanya, seseorang yang bersanding di
pundakku setiap detik.

Maka biarkanlah aku melangkah..cinta.

Jingga itu adalah dirimu

Biarkan mengalir seperti air, kalimat yang terukir tentang dirimu.

Bersenggama bersama cinta dan air mata.


Penyair yang tak berpengetahuan adalah aku.


Dan seorang wanita yang menggugah hatiku adalah kamu.


Pesonanya membuatku menoleh sejenak dan bersemayam di hati selamanya.



Jujur, saat ini batinku menangis.


Namun tertahan air mataku di jendela mata.


Senyumku yang gusar dari terpaan cinta, ketika sampai saat ini kau bersamaku.


Bahagia ini selalu berlebih, apapun itu sebuah hakikat.



Bagaimana sanggup aku menolak sebuah anugerah.


Dan mana mungkin aku meninggalkan sebuah jingga, apabila jingga itu adalah dirimu.


Kau datang dari tempat yang tak terduga.


Saat hati ini butuh cahaya.

Adalah tawa dan tangis

Cinta tak seperti aritmatika, terangkai dalam rumus yang baku.

Sebuah peletakan yang tak teratur, yang ada tercipta kacau di setiap helai perasaan.


Kesederhanaannya menggugah semesta dan mematahkan logika fisika, ketika jejak-jejaknya melangkah dengan tulus.


Yang membuat sang Arjuna mengalahkan Rahwana, disitu ada cinta yang kuat.


Yang membuat Gibran menari dalam goresan-goresan pena, melekukan bait-bait yang kokoh, hingga jiwa mengeluh dari hantaman makna.


Adakah arti yang lebih indah ataupun menyakitkan dari kata cinta?


Luasnya langit tak akan mampu memuatnya, tetapi satu sikap dapat mengartikannya.


Dalam tawa dan tangis.

Daun-daun pun gemetar

Daun-daun gemetar

Pada hembusan yang melembut


Memanggilku dengan sebutan sayang


Mengusap keningku dari pemikiran yang membuat penat


Sentuh mentari dengan teriknya hingga membeku


Hanya dia yang mampu menyajikan hal itu


Sebuah kisah yang indah dari ini


Mematahkan semua yang pasti dan syarat logika


Jika hati telah tersedia


Maka ranting-rantingnya akan menguat dan tak terpatahkan


Daun-daun yang gemetar


Karena cinta terlalu kuat untuk ditekuk

Aku pastikan, aku rindu..

Kala hujan tak mampu mendinginkan hatiku yang gusar

sungguh lantunan yang sulit ku terka dengan beberapa makna


Tentang satu hal saja, yang luar biasa dari jutaan kisah


Tuhan pertemukan aku dengan dia


Dalam cerita yang bertema tentang rasa syukur dan haru



Cukup aku tersenyum, namun bahagia ini tak bertepi


Setelah disadari, tak sepantasnya aku berpaling dari takdir



Kenyamanan hati tak tergantikan, namun ada gusar


Disaat senyumnya menyapaku, betapa aku ingin ke sana


Berjumpa dengan belaian yang mengelus nadiku serta ramah


Merona, di hamparan kedewasaan yang memikat


Segelas air putih yang syahdu, setiap kali aku datang


Biar jadi perantara antara kasih dan sayang



Aku tak berkenan untuk menyanyi, dia menjaga wajahku


Dan aku tak henti bergurau, dia menyambutku dengan tawa



Aku pastikan, aku rindu...

Rabu, Maret 03, 2010

Aku mohon kau pergi

Arrgh !!!

Aku memimpikanmu, senyummu, keramahanmu, indah matamu dan suaramu.

Jelas seperti nyata, kau ada bersamaku.

Sungguh aku kesal!

Tak bisakah sehari saja dirimu tak menyapa pikiranku?

Tolong jangan kau luluhkan kerasnya hatiku, jangan saat ini dan juga tidak seterusnya.

Aku tak bisa! Aku tak bisa!

Apa yang kau lakukan padaku hingga jadi begini.

Aku mohon...pergilah dari pikiran dan mimpiku.

Rindu ini bukan untukmu seharusnya.

Artikan menurut kehendakmu

Jika aku mengatakan "hidup tanpa cinta, seperti dahaga yang menyesakkan rongga-rongga dada" itu adalah benar.

Dan ketika aku mengatakan "cinta adalah mutlak bagian dari hidup" apakah itu salah?

Coba kau tanyakan pada Gibran dan Anwar, apakah cinta itu?

Merobek-robek benak mereka, dan sungguh tak ada jawaban yang mendasar, ketika telah bias menjadi guratan pena yang melantun, semampai, gemulai dan elok, tak terhingga sebuah perumpaan yang tepat untuk menjabarkan cinta.

Kupu-kupu yang indah namun tak berakal, dangkal, tak mampu menyadari betapa cantik dirinya saat menghinggapi bunga yang merekah.

Dan sepotong mangga yang dikupas kulitnya, disajikan dalam hiasan dunia, dari emas dan perak, tetap sama rasanya dengan yang disajikan dalam daun pisang yang beraroma ketulusan alam.

Pembuluh darahku mengalir dalam ritme, telah tersayat, menetes di atas kertas yang kusam dan tersusunlah sebuah persepsi yang bersimbiosis dalam kepasrahan.

Menuainya, ada kini tepat di sampingku.

Kalimat ini tak berarah, seperti diriku mengartikan cinta, biar semua orang berada dalam pendapatnya masing-masing, semua punya kehendak tentangnya.

Artikan sakit jika memang menyakitkan.

Artikan bahagia jika membuatmu tersenyum.

Menangis jika sedih ataupun senang, silakan kau ciptakan makna menurut hatimu.

Cinta, sebuah kebebasan, ada dalam aturan dan penyangkalan.

Dalam putih dan hitam.

Aku kini diam, tak berlanjut tentang ini, hanya selami dari hati dan rasakan di jiwa, pernah ku menangis dan tersenyum karenanya.

Guratan

Kalau senyumanmu memaksaku untuk tidak mencari yang lebih baik darimu,
dan memang tak ada yang indah dari lainnya.

Menatapmu dengan hati, jelas bahwa ada cinta yang tersusun dalam rangkaian do'a.

Cinta? aku rasa kau telah tahu sekarang apa yang dimaksud itu,
dan kita tak bisa mengelak dari itu.

Pertahankan senyum ini untuk kita, berdua.

Kembali pada kesederhanaan, dengan niat tulus pasti akan ada jalan,
sesuatu yang menyakitkan bisa membuat kita belajar dan bangkit yang kemudian akan menemukan pelabuhan yang baik dan indah,
sabar menjadi bukti dan do'a sebagai kunci, Ya Allah rasa syukur ini menggema ke angkasa,
mengalir dalam darah dan berdentum di nadiku,
Alhamdulillah.

Ada hikmahnya dirimu tak jadi pergi ke khayangan,
di bumi tempatmu bernaung,
kau dapatkan mutiara yang abadi.

Meski sejenak risau menghampiri tetapi tak bisa menyentuhmu.
dan kau dapat leluasa tersenyum ketika bumi ini lebih hijau jiwa dan raga ketimbang khayangan.

Ada kenangan tentang kita

Aku mengerti sebuah keindahan di balik kepedihan yang menyesakkan, adalah cinta yang mampu memberi itu

Sejak aku mengarahkan hatiku padamu, dulu

Hingga akhirnya tak mampu ku tembus kerasnya hatimu

Aku tak menangis, tetapi hatiku pedih dan luka

Kemudian aku tetapkan untuk usai dari harapan yang kelabu

Adalah cinta yang mampu memberi itu, akan indah bila diingat, tentang syair-syair yang tertulis untukmu

Namun sakitnya masih jumawa dalam lubuk yang terdalam

Entah apa yang ada dalam benakmu

Kau datang mengetuk hatiku disaat aku tak mungkin lagi membukanya untuk orang lain, termasuk dirimu

Kau menangis, dan menangis sejadi-jadinya untukku, demi langit dan bumi aku tak bisa menggapaimu lagi

Sungguh bukan maksudku untuk membalas kepedihan yang pernah kau berikan, dulu

Mengapa dahulu kau dustai hatimu? Padahal aku datang dengan ketulusan

Mohon kau mengerti tentangku, aku tak bisa

Sebuah hikmah yang ada merupakan pelajaran untuk kita, jangan pernah dustai hati, dan memang cinta kita tak mesti memiliki selamanya

Biar ku jaga semua syair yang pernah ku gubah, untuk rasa yang pernah ada

Dan kau baca disaat kau rasakan ingin mengenangnya sesekali dalam hidupmu

Senyumku selalu untukmu

Untukmu di sana

Sementara aku berjibaku dalam kerinduan yang berkerumun dalam penat

Dan doá tentang pencapaian ku, ku haturkan untukmu di sana

Aku akan menangis saat ini jika memang aku harus

Asalkan dirimu bahagia dan membuatku terhenti dari tangis


Dengan senyum yang kau miliki, dan ketulusan yang kau beri

Patut untuk aku puji dirimu dengan menyandingmu

mahligainya akan membawa kita bahagia


Se-istimewa ini kah dirimu bagi diriku?

Ya, betapa istimewanya dirimu untukku


Seperti yang orang lain pernah katakan tentang kita "bahagia ada pada kita"

Seperti sebuah catatan yang pernah aku tuliskan tentang kita "berkata dengan hati adalah lebih indah"

Tak seperti yang pernah aku ceritakan padamu "bahwa cinta tak pantas untuk disakiti"

Kita ada pada genggaman-Nya

Yang bahagia adalah kita...


Untukmu di sana, setelah melewati ini, aku akan datang padamu

Malam dan senyumanmu

Malam yang biasa saja

Dan seperti biasa, ada senyummu yang mengelus sanubari di hadap mata

Mengusik ringkihnya ragaku yang berpeluh dan terhujam lelahnya rasa

Manisnya, aku tak kuasa untuk menolaknya

Angan yang jauh membawaku dalam serangkaian bayang-bayangmu

Terkunci kisah asmara

Aku jumawa serta

Turuti kemana kau membawaku

Ada taman penuh dengan bunga

Terhampar hijau, merah dan jingga

Di situ kita tak berkata, sepatah kata pun tak ada

Hanya diam, bunga-bunga menyeringai pada bisunya kita

Ada cinta, kata mereka

Ada resah, tanpa cinta

Dan ada rindu diantara kita

Sayang..aku tak sanggup untuk pergi dari ini

Tentang senyummu, melekatlah di jantung hatiku

Inginku tamasya ke taman bunga itu

Bersamamu yang di sana

Dengan rindu dan cinta

Cukuplah, karena senyummu saja

Menyajikan sederhananya saat malam yang biasa

Cinta itu buta, tuli dan bisu, itu yang disebut cinta mati.

1. Cinta itu buta, namun tidak tuli dan juga tidak bisu.

Dia tak dapat melihat, namun masih bisa mendengar sebuah panggilan nurani, dan mampu berbicara akan hal yang indah dan juga menyakitkan.


2. Cinta itu buta dan juga tuli, namun dia tidak bisu.

Dia tak dapat melihat sebuah ketulusan dan tak mampu mendengar sebuah panggilan nurani yang menggema di setiap aliran darah, oleh karenanya dia hanya dapat berbicara sesuatu yang tak mampu dimengerti, tak ada makna

3. Cinta itu buta dan bisu, namun tidak tuli.

Dia tak dapat melihat sebuah ketulusan, sehingga dia tak mampu berkata dengan kebaikan dan kesucian, dia hanya mendengarkan akan hal-hal yang buruk, dan itu membuat dia bahagia.

4. Cinta itu tidak buta, tetapi dia tuli dan bisu.

Sungguh kasihan, dia bisa melihat sebuah kebaikan dan juga kepalsuan, namun dia tak bisa mendengar dan berkata-kata, adakalanya hal itu baik untuk dia..

5. Cinta itu tidak buta dan tidak tuli, dia hanya bisu.

Dia bisa melihat semua hal yang yang baik dan buruk, dan bisa mendengar sebuah panggilan nurani, tapi sayang dia tak bisa mengatakan apa yang ingin dikatakan, sebuah tulisan akan menjadi perantaranya.

6. Cinta itu tidak buta dan bisu, dia hanya tuli.

Dia bisa melihat ketulusan dan juga kehampaan, tapi karena dia tak dapat mendengar, dia tak bisa menyampaikan sebuah ketulusan dengan baik, semua menjadi bias.


7. cinta itu tidak buta, tidak tuli dan tidak bisu.

Sebuah cita yang sempurna dan juga sangat tidak sempurna, dapat membuat orang berada dalam kebaikan hidup dan juga dapat membuat orang terpuruk dalam kefanaan.

8. Cinta itu buta, tuli dan bisu.

Itu yang aku sebut cinta mati.


Ketika cinta mengahadirkan cerita kepada setiap manusia di dunia...

Senin, Februari 01, 2010

Titipkan senyummu untukku

Ada hasrat yang ingin ku sampaikan pagi ini.

Kepadamu.

Sangat ingin ku melihat senyummu di pelupuk mataku.

Namun kau dan aku terpaut jarak yang menghela.

Apabila rindu ini tak terobati jua.

Agar kau titipkan senyummu pada sang mentari pagi.

Biar mentari menghantarkan dengan hangatnya yang menyejukkan jiwa.

Untuk aku dan kamu

Ketika cinta berkata dengan
syahdu.

Dan disaat itu ada aku dan kamu yang
tengah terpaku.

Untaiannya mengaitkan kita dalam
pesona yang berliku.

Betapa indahnya tatkala aku
dan kamu menyatu.

Untukku dan kamu.

Ada rindu diantara diam yang mendatar, sebuah perangai yang mengisyaratkan bahwa cinta menyapa.

Di kesejukannya kita bernaung dan bernafas.

Merajut harapan yang suci bagi tentramnya hati.

Untukku dan kamu.

Satu jalan yang ditempuh, akan selalu ku genggam tanganmu menuju ke sana.

Biar kita rasa dan juga dewasa, dalam hidup tentang kita.

Sambutlah aku dengan senyum seperti biasanya.

Aku datang kepadamu.

Berlanjut di keheningan kalbu, kau diam, begitu pun aku.

Saling melirik dalam gugup yang memacu, padahal hasrat tak jua bergeming.

Dengan do'a dan do'a, segala yang kita mau.

Untuk aku dan kamu.

Allah, untukku selalu ada.

Allah memanggilku dengan gema yang menusuk hatiku melalui telinga, mengalirkan kesejukan di jiwa.

Di siang yang menyengat, terasa seperti di hamparan rerumputan hijau, di mana matahari berwarna jingga dan merona.

Dan mendengar panggilan itu aku merasa kaya, merasa bangga sebagai manusia, insan terkaya di dunia.

Kaya dalam keleluasaan berdo'a dan limpahan rezeki yang tak terhingga.

Memastikan, bahwa aku punya harapan, punya rencana yang mulia, punya Allah yang akan selalu mengiringiku dengan kebaikan-kebaikanNya yang Maha Agung dan Maha Bijaksana.

Aku harus bangkit dari terpuruknya mental jiwa dan raga.

Allah mengangkatku dari jatuhnya yang mencemaskan.

Dia, ada untukku saat ini dan nanti.

Yang Maha Suci, maka sepatutnya aku berprasangka mulia kepadaNya.

Allah bersamaku, dalam suka dan duka.

Dan dibalik itu, segalanya yang terbaik untukku.

Aku, nol.

Berprasangka, bahwa Allah sedang menempatkan aku di posisi terendah.

Menegurku dengan rasa yang tak terhingga dalam keterpurukan.

Hilang rasa optimisku yang sebelumnya melesat dengan seribu senyumku di setiap detik, tiba-tiba kecemasan menghantamku, aku merasa tak berguna sebagai manusia dengan segala dosa dan kekuranganku.

Aku merasa jauh dari semuanya.. Merasa terasing dari keceriaanku dahulu.

Tak bisa berpikir... Aku nol...

Renungan untukku..Ketika Allah Maha Bijaksana dan Pemurah kepada hamba-hambaNya.

DITULIS OLEH AKU SEORANG JAKA KRISNADI.

UNTUK AKU SEORANG JAKA KRISNADI.

Untuk aku renungkan disaat ketidakberdayaanku sekarang.

Biarlah do'a-do'a yang menjadi saksi tentang kepasrahanku, ketulusanku akan hal meluruskan niat untuk melaksanakan itikad baik ini dapat menjadi penuntunku, penunjuk jalan hati dari kelemahan yang dapat menjatuhkan aku sebagai ciptaanNya.

Berpikir mendasar dari secuil pengetahuan sebagai manusia, aku sadar bahwa Allah Maha Bijaksana dan Maha Pemurah, tatkala aku yang sombong sebagai ciptaanNya, dengan segala yang aku punya, sebutir harta dan lumpur tahta, sangat tak bijaksana ketika aku hanya memilih untuk hidup dengan semestinya seperti yang aku mau dan aku impi-impikan. Betapa Allah Maha Bijaksana ketika hambaNya memohon dengan menangis, padahal sebelumnya dia telah menghina Allah dengan kelupaannya pada Allah. Namun Allah tetap mengabulkan do'a hambaNya dengan segala sifatnya yang sempurna di atas sempurna.

Maha Pemurah dalam memberi keleluasaan yang tak memberatkan hambaNya dalam berbuat segala kebaikan.

Renungkan... Diriku sebagai manusia yang sedang mempunyai itikad baik, untuk mendapat ridho Allah. Saya tekankan kembali yaitu 'UNTUK MENDAPAT RIDHO ALLAH', bukan tepuk tangan dari sesama manusia yang bagiku itu semu dan hanya membuatku bangga tetapi sebenarnya tak dipandang di mata Allah.

Sebagai perumpamaan, aku manusia yang pada dasarnya baik tapi seiring waktu aku berubah menjadi angkuh karena lupa atas apa yang aku dapat itu adalah karunia Allah. Kemudian..kemudian ada yang datang padaku dengan niat baik yang tulus untuk menjadi teman sekaligus sahabat untukku hingga sehat dan sakitku, hingga sedih dan suka bersamaku, tapi aku tahu (dengan sedikit ilmu) dan melihat (dengan mata kesombongan) bahwa dia tak pantas untuk menjadi teman apalagi sahabatku, dan aku menolaknya serta mengusirnya dari hadapanku.

Itulah aku... Itulah diriku...
Itulah sifatku sebagai manusia...

Bagaimana apabila kondisinya berbalik kepada kita??? Ketika memiliki niat baik dengan segenggam ikhlas yang mulia di mata Allah, kemudian datang dan mengharap ketulusan pada orang lain, lalu ditolak dan diusir. Orang baik akan tersenyum, tapi orang baik juga bisa menjadi sakit hatinya. Orang baik akan bersabar dan menerima serta pergi dengan do'a yang baik untuk orang yang mengusirnya.

Itulah diriku...
Itulah sifatku sebagai manusia...

Belajarnya ilmu Allah, berguru kepada Muhammad Rasul Allah, seorang teladan,yang memiliki sifat dan akhlak seperti Al-qur'an.

Ketika Allah Maha Bijaksana, mengapa kita tidak.

Ketika Allah Maha Pemurah, mengapa kita tidak.

Allah telah mengirimkan Muhammad sebagai 'CONTOH' bahwa manusia juga mampu memiliki sifat bijaksana dan pemurah.

Dengan tujuan agar umatnya mengikuti/MENELADANI sifat beliau.

Tentunya diriku adalah umat Muhammad kan???

Karena aku meyakini Islam sebagai agamaku, maka aku meyakini Allah adalah tuhanku dan Muhammad adalah Rasul yang menjadi TELADAN untuk diriku.

Berarti, mutlak dan pasti bahwa aku mampu untuk bijaksana dan pemurah terhadap sesama manusia, karena yang aku cari seharusnya adalah Ridho Allah. BUKAN TEPUK TANGAN MANUSIA LAINNYA YANG BERGEMA DENGAN KEANGKUHAN.

Sungguh aku merenungkan ini, untuk diriku khususnya..

Ketika cinta tak mampu meluluhkanmu

Terasa perih ketika tak sanggup menggapai hatimu.

Bagai tersayat tepat di jantung hatiku.

Melukaiku sampai tiba tangisku.

Menghapus semua mimpi yang terukir oleh pahatan rindu.

Lelah ku mendaki dengan langkah terhambat karena kerasnya hatimu.

Dan aku merapuh sejadi-jadinya.

Bersandar dalam sisa-sisa do'a yang sia-sia.

Aku hancur karenamu, dengan elok laku mu yang hampa.

Hingga tertulis tentang sedih yang mengurai di jiwa.

Kau cabik ketulusanku.

Kau acuhkan senyumku dengan sikapmu.

Tak sadar kah, bahwa kau memang inginkan aku.

Kau dustai hatimu dengan bias yang tak mampu ku selami.

Biarkan rasaku berlalu untukmu.

Beserta tanya yang terangkum dalam syair-syairku.

Sebuah kisah yang akan membekas dalam guratan kalbu.

Ketika cinta tak mampu meluluhkanmu.

Ini aku...

Aku tak bisa memberikan sesuatu yang mampu membuat dirimu terpesona

Hal romantis yang mungkin didamba setiap wanita

Aku tak mungkin bisa jika harus melakukan itu dalam keterbatasanku dalam rasa

Hanya bisa diam dan tertegun ketika kau ada disisiku


Mencoba semua cara untuk dapatkan hatimu, tapi aku...

Ku hanya mampu tersenyum ketika jatuh hati kepadamu, itu aku


Aku tak bisa memetik gitar dan menyanyikan senandung cinta untukmu

Aku tak pandai menulis sajak-sajak indah untuk merayumu

Aku gugup untuk memberi seikat bunga mawar kepadamu

Tapi aku tak akan ragu menawarkan bahagiaku untuk mengobati sedihmu

Tak akan ragu untuk menggapaimu ketika kau jatuh

Tak akan ragu untuk menghela air matamu

Tak akan ragu memelukmu dalam segala gundahmu

Itu aku...


Aku dalam keterbatasan dalam rasa, namun selalu mencoba berikan yang terbaik untukmu

Dalam resah dan bahagiamu

Hanya untuk kita, berdua



Dan akhirnya rasa ini menemukan peraduannya.

Dengan ataupun tanpa air mata.

Begitu indah nian dengan ketenangannya.


Ada haru beserta tawa.

Membahana dalam perasaan yang menyatu diantara kita.


Kau yang di sana, memberi segala jawaban dari keraguan mendung akan hujan.

Rintik-rintiknya membasahi kegugupanku untuk bisa menyayangimu.

Menenangkan aku, dan menggelora...


Menelaah perumpamaan yang pantas untuk kita berdua.

Sama halnya menatap pelangi yang elok dikala senja.


Menggenggam cinta.

Meresapi kesejukannya di hati dan jiwa.


Aku tak memujamu dengan sekuntum bunga

Dan kau menyambutku dengan cara yang berbeda

Menerima segala harapan yang terucap dalam kata dan pena

Ketulusannya membuatku berlabuh dalam pesona yang kau punya

Hingga kini yang ada adalah kita


Kita tahu ini adalah anugerah yang Maha Kuasa

Yang terpatri menjadi janji untuk saling menjaga dalam cinta

Disetiap langkah dan doá kita, berdua

Dalam genggaman tangan yang penuh cinta


Hanya untuk kita

Untuk Gigi Kelinci, AKU PERGI...

Pernah aku mencoba untuk dekat dan meraihmu.

Pernah aku hiasi hari-hari dengan rindu dan harapan kepadamu.

Dan aku ungkapkan dengan ketulusan yang halus.

Tapi sepertinya aku tak kuasa membuatmu yakin kepadaku.

Hingga kau tampik semua rasa dengan caramu yang tak mampu ku mengerti.

Aku berhenti..

Aku bahagia pernah jatuh cinta padamu, dan biarlah cukup saat ini aku mengagumimu saja.

Aku tak pantas untuk lebih di sisimu, aku hanya teman bagimu, maaf karena kelancanganku pernah mencintaimu.

Telah sadar ketika aku datang dengan cinta, tapi akhirnya terbenam dalam dinginnya sikapmu.

Telah pasti aku datang saat itu, dan kau menjauh dari apa yang ku sebut cinta.

Kini, biarkan aku pergi dengan tersenyum, menggenggam bahagia dari cinta.

Jangan harapkan aku untuk kembali mencoba dekat padamu, aku tak bisa.

Jangan kau coba untuk belajar mencintaiku ketika aku telah menghentikan asaku kepadamu.

Jangan sakiti dirimu dengan rasa kecewa karena kepergianku.

Aku pergi karena sikapmu, karena tak cukup kuat untuk mendobrak pintu hatimu.

Aku menyerah...

Dan kau tetaplah menjadi dirimu, mungkin aku bukanlah lelaki yang kau mau.

Biarkan aku pergi dengan tersenyum dan bahagia.

Terlambat sudah apabila kau mulai mencoba untuk mengakui perasaanku.

Tak usah kau sesali semua.

Aku pergi...

Terima kasih untuk senyum yang pernah tersaji dalam syair yang merdu.

Kamis, Januari 14, 2010

Telah melupakanmu, Gigi Kelinci

Aku rasa, aku telah melupakanmu, Gigi Kelinci

Ketika aku tanyakan pada dirimu tentang perasaanmu kepadaku

Ku tawarkan cinta dan ketidak sempurnaanku

Kau hanya menjauh dengan segala harapanmu, yang sebenarnya bisa diraih saat bersamaku

Dan akupun bertanya, hanya ingin kau tahu, perasaan yang memang ada

Dimana waktu tercurah atas senyummu dalam benakku

Untuk diriku, aku hentikan semua pencapaian itu

Mengapa engkau bersedih?

Caramu yang telah menghapus semua rasa

Dan jangan takut aku merasa tersakiti, aku baik-baik saja

Aku kuat dan teguh tanpa tangis

Banyak jalan yang akan mengalirkan cintaku, dan itu benar

Jujur, aku tak bisa menjadi yang kau mau

Ada dia yang di sisiku

Dengan cahaya yang sederhana serta ceria

Biarlah aku menutup semua tentangmu

Melupakanmu, dan hanya mengenalmu sebagai teman

Karena aku ingin bahagia

Untuk hatiku yang terharu..

Dengan menyebut namaMu ya Allahku..

Dalam catatan yang sederhana ini, ku awali dengan memohon segala ampunanMu atas dosa, kesalahan dan khilafku terdahulu.

Terima kasih, Subhanallah atas segala pencerahan yang Engkau hidayahkan kepadaku.

Aku memiliki niat yang bagiku laksana memangku bumi dipunggungku.

Aku memiliki itikad baik yang bagiku merupakan jalan yang Engkau ridhoi.

Subhanallah, kau pertajam mata hatiku, melihat hal dengan indah bersama rahmatMu.

Satu proses kecil telah aku lalui, untuk mencapai tujuan yang penuh hakikat antara dua insan, aku dan dia.

Rasa yang Engkau tanamkan pada detak jantungku ini, adalah sebuah jawaban atas do'aku.

Ya Allahku, Engkau Maha Berkehendak dan Maha Baik.

Berikan aku keteguhan dari niatku, keleluasaan atas berkahMu di setiap tempat, tetapkan dia untuk aku, sebagaimana dia juga memilihku.

Ya Allahku, beri kemudahan untuk orang tua aku dan dia, sehatkan mereka, beri kebahagiaan di hati mereka, jadikan do'a mereka sebagai kunci dari kebaikan aku dan dia.

Aku terharu dalam hal ini, jujur saja, aku gemetar...

Terhadap insan yang baik hati, yang sederhana, yang di hatinya selalu menegaskan ketenangan di hatiku.

Bimbing kami, segerakan kami dengan KekuasaanMu.

Terimalah ikhtiar kami.

Sederhana aku menyampaikan ini, untuk hatiku yang sedang mengharu.

Jawaban dari segelintir do'a

Sungguh berbeda..

Kesedihanku saat ini bukan karena dikhianati cinta

Ataupun karena diduakan oleh pendusta cinta

Aku telah lupa oleh sikap bodoh mereka



Kesedihan saat ini merupakan anugerah

Ketika harus mengucap syukur tentang ketentraman hati yang agung

Jawaban dari segelintir do'a

Sentuhan dari hati yang pernah teraniaya



Berusaha menjaga sikap dan hati dalam ketentuannya sebagai hakikat

Dipertemukan pada seseorang yang anggun, sederhana dan selalu menyambut dengan senyuman

Kau bagai cahaya

Aku ingin ada disaat kau butuhkan aku

Namun akupun sedang memapah jiwaku yang koma

Aku ingin selalu tersenyum untukmu

Sedangkan perihnya tak kunjung usai

Aku ingin menjadi orang yang tepat untukmu

Ternyata aku bergeliat dengan segala kekuranganku

Terlalu lancang kurasa, ketika aku ikrarkan ingin hidup bersamamu

Tatkala semua beralih dengan ketulusanmu

Kau datang disaat ku butuh, memangku jiwaku dengan semangat baru

Kau yang selalu tersenyum, melebur perihnya dengan caramu yang anggun

Kau menjadi yang tepat, mampu menerimaku apa adanya

Dengan bahagia ini aku menangis akan dirimu

Jangan redam perasaan ini dengan keangkuhanku yang tak berasas

Egoku yang meruncing

Karena kamu ada cahaya, mengalahkan gelapnya diriku

Menghayati indahnya hijau, untukmu

Bahasa hati lebih bijaksana daripada perangai...

Menjadi hijau itu lebih indah daripada putih, warna syurga...

Dan aku pun menghayati ini... Untukmu.


Saling berkata dengan sikap,

tak luput menyertakan senyuman,

cukuplah itu saja sudah membuat indah di jiwa.


Biar yang lain pergi untuk menempatkan dirimu di puncaknya

Hibur aku dengan kemuliaan, kebaikan, dan kesederhanaan

Semoga hijau menghiasi hati, warna syurga

Jingga, nama lain dari cinta, bagiku

Ada sejak anugerahnya mengetuk resahku


Saling rasa, dan mengerti

Terbaik untuk kita, hingga Tuhan tersenyum dengan ridhoNya

Tak lekang, membina hati dengan untaian doá

Dan aku pun menghayati ini...

Bersama doá kita bercinta dan merindu

Berdua menghayati ini

Bahwa hijau lebih indah daripada putih

Rabu, Januari 06, 2010

Syurga untuk Ibu..

Antara hidup dan mati, engkau melahirkan aku.

Dengan keringat dan air mata, engkau membesarkan aku.

Tak akan mampu aku mengganti semua yang engkau berikan untukku.

Jika saja aku punya kuasa, akan aku hadiahkan syurga kepadamu, wahai Ibu..

Isyarat hati...

Aku tak tahu harus memulainya dari mana..

Mencoba isyaratkan kepadanya, ungkapan yang sukar untuk tersampaikan.

Berharap dia mengerti satu asa yang terucap dalam do'a.

Meresapi getaran di kalbu, ketika terpatri bahwa dia mampu menerimaku apa adanya.


Gundah gulana kerap menegurku, tapi mengapa aku mesti menggundah?

Berpikir keras bagaimana menentramkan hati ini

hingga terasa nyaman, untuk aku dan dia...


Memahami hatinya untuk memahami hatiku

Menghargai rasa ini yang tercipta karena hakikatnya

Kemuliaan...


Maksudku tak kuasa

Mengatakan dengan bibirku

Hanya dengan bahasa hati ini aku berbicara

Dan aku yakin dia mendengarku

Isyarat hati yang terhalus, terlembut, untuk ku sampaikan

Pada dia... Pendamping yang didamba..

Untuk kalian (Alien) pendusta cinta ;-)

Biarkan!

Biarkan aku menulis tentang perasaanku yang pernah merasakan sakitnya.

Biarkan aku menulis tentang penghianatan terhadap cinta yang tulus.

Biarkan aku membela cinta!

Tak peduli apa yang orang lain katakan terhadap tulisanku ini.

Aku telah memaafkanmu, dan aku telah mengikhlaskanmu.

Pernah tiba-tiba kau meminta untuk semuanya berakhir, tanpa sebab yang mendasar.

Kau dan dia memang aku kenal, tapi kini semua sudah jelas, jangan lagi kau mengelak, aku mohon jangan pernah mengelak.

Jangan pernah lagi bersembunyi di balik amarah yang sesungguhnya dusta.

Maaf, aku menuliskan ini untuk siapa yah?

Mohon untuk tidak tersinggung ataupun sakit hati, karena ini bukan untuk kalian, tapi untuk Alien yang memang menyamar sebagai manusia.

Ya! Dua jenis Alien yang menyamar sebagai manusia.

Pantas saja kalian (Alien) bisa berbuat begitu, bisa mempermainkan kesetiaan dan meninggalkan cinta yang aku yakin itu semu. Karena kalian tercipta tanpa hati, hanya kepalanya saja yang besar.

Ups, maaf terlalu ekstrim kata-kataku ini.

Betapa akhirnya aku mendapat jawaban yang nyata dan benar-benar ada, ketika aku bertemu dengan seseorang yang mengalami kejadian seperti yang aku alami.

Seseorang itu berinisial 'LALBH'.

Yaitu mengalami 'Tertipu oleh Alien'

Semua jelas, dan ternyata kalian (Alien) melakukan dengan sadar, tapi tak mau mengaku bahwa kalian berhianat.

Sekali lagi jangan tersinggung membaca tulisan ini, karena tulisan ini untuk ALIEN, bukan manusia.

Sungguh kejam ketika cinta terhianati, tersakiti. Aku lelaki juga punya hati, punya rasa, ternyata kau tidak...

Kini ku sadari bahwa kau bukan yang terbaik untukku.

Sungguh, aku menyesal!

Aku menyesal karena pernah menangis saat kau tinggalkan aku.

Aku menyesal karena mengejar-ngejar dirimu, mengemis cinta darimu.

Terima kasih ya Allah kau buka mata hatiku.

Engkau beri aku pelajaran ilmu ikhlas dan memaafkan.

Engkau sadarkan aku bahwa dia Alien.

Terima kasih ya Allah, ampuni dosa-dosaku terdahulu.

Paraphrase Cinta

Ada jingga, mewarnai hatiku yang meresah

Tak bisa menerka suasananya ketika meresap di jiwa

Saat cinta datang padaku, menjadi misteri yang menggusar tanpa etika

Sebuah rasa memancar indah dalam majas kata-kata

Menumbuhkan senyumku dalam kalbu yang berbisik



Bersahaja dan mulia

Kokoh bagai pilar-pilar kesucian yang terangkum dalam fitrah

Menentukan langkah ini berpijak di jalan yang terang

Telah menuntunku dari kehampaan

Membangunkan aku dari rindu yang terlelap



Sungguh aku tak bisa mengartikan cinta

Sebagai cipta yang sempurna, hanya rasa yang sedemikian sederhana

Menghiasi hidup dengan beragam makna

Beralas pada ketulusan dan kesetiaan


Aku tak mampu mengampu bebannya ketika cinta datang

Dan kalimat ini tak berprosa

Menjadi teka-teki yang memenjarakan sejuta tanya

Tak teratur dan acak



Aku terbuai di singgasana lamunan

Terngiang oleh segenap resah dari satu rasa

Cinta adalah apa..?

Mengapa..?

Bagaimana..?

Mengapa ada cinta..?

Maaf.. Aku bisu..


Makna yang tak berbatas, terus mengalir dalam darah, terukir menjadi rindu

Hanya menyadari bahwa aku jatuh cinta

Hanya bahagia ketika dia menyapa

Hanya menangis ketika dia pergi

Aku terjerat dalam lingkupnya

Cinta yang menjanjikan pesona dan damai

Terpinggirkan hakikat dusta dan penghianatan


Aku memaksa berkata

Dengan bahasa hati yang selembut-lembutnya

Berharap lebih halus.. melebihi kapas yang terurai

Tatkala cinta datang, menjadi jingga yang penuh kuasa