Rabu, Agustus 18, 2010

Kisahku, Jingga.

Kisah ku.

Tentang seseorang yang mampu menopang Pelangi dengan pena
dan mewarnainya dengan senyuman.

Jika benar adanya,
adalah aku teramat istimewa di setiap lirikan mata
dan terpampang di setiap kerinduan.

Coba pahami,
adakah penyair hidup tanpa rasa sakit yang menyayat hatinya siang dan malam?

Pernahkah disadari,
adakah penyair hidup tanpa air mata yang membasahi deru nafasnya yang sesak?

Yang selalu kagum pada mawar tak berduri, padahal itu tak pernah ada.

Selalu menatap bintang yang tertutup awan, padahal takkan terlihat.


Terkunci pada hari yang telah berlalu,
tak lekas bergegas pada cahaya di hadap mata.


Kisahku.

Ada sedih penuh rindu.

Yang menyebut cinta itu sebagai Jingga.

Yang menyamakan cinta dengan Jingga.

Yang mengharap cinta seperti Jingga.

Ketika menginginkan cinta, maka inginkan Jingga.


Penuh cinta sejuta rindu.

Seseorang yang berkata dalam diam, dan tertawa dalam sepi.

Termenung dalam satu detik diantara seribu waktu.


Kisahku.

Yang ingin terdengar ke seluruh dunia.

Membawa cinta pada semua.


Yang ingin meruntuhkan pelangi dalam sekejap,
dan melumurinya dengan satu warna saja.

Dengan Jingga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar