Senin, Februari 01, 2010

Titipkan senyummu untukku

Ada hasrat yang ingin ku sampaikan pagi ini.

Kepadamu.

Sangat ingin ku melihat senyummu di pelupuk mataku.

Namun kau dan aku terpaut jarak yang menghela.

Apabila rindu ini tak terobati jua.

Agar kau titipkan senyummu pada sang mentari pagi.

Biar mentari menghantarkan dengan hangatnya yang menyejukkan jiwa.

Untuk aku dan kamu

Ketika cinta berkata dengan
syahdu.

Dan disaat itu ada aku dan kamu yang
tengah terpaku.

Untaiannya mengaitkan kita dalam
pesona yang berliku.

Betapa indahnya tatkala aku
dan kamu menyatu.

Untukku dan kamu.

Ada rindu diantara diam yang mendatar, sebuah perangai yang mengisyaratkan bahwa cinta menyapa.

Di kesejukannya kita bernaung dan bernafas.

Merajut harapan yang suci bagi tentramnya hati.

Untukku dan kamu.

Satu jalan yang ditempuh, akan selalu ku genggam tanganmu menuju ke sana.

Biar kita rasa dan juga dewasa, dalam hidup tentang kita.

Sambutlah aku dengan senyum seperti biasanya.

Aku datang kepadamu.

Berlanjut di keheningan kalbu, kau diam, begitu pun aku.

Saling melirik dalam gugup yang memacu, padahal hasrat tak jua bergeming.

Dengan do'a dan do'a, segala yang kita mau.

Untuk aku dan kamu.

Allah, untukku selalu ada.

Allah memanggilku dengan gema yang menusuk hatiku melalui telinga, mengalirkan kesejukan di jiwa.

Di siang yang menyengat, terasa seperti di hamparan rerumputan hijau, di mana matahari berwarna jingga dan merona.

Dan mendengar panggilan itu aku merasa kaya, merasa bangga sebagai manusia, insan terkaya di dunia.

Kaya dalam keleluasaan berdo'a dan limpahan rezeki yang tak terhingga.

Memastikan, bahwa aku punya harapan, punya rencana yang mulia, punya Allah yang akan selalu mengiringiku dengan kebaikan-kebaikanNya yang Maha Agung dan Maha Bijaksana.

Aku harus bangkit dari terpuruknya mental jiwa dan raga.

Allah mengangkatku dari jatuhnya yang mencemaskan.

Dia, ada untukku saat ini dan nanti.

Yang Maha Suci, maka sepatutnya aku berprasangka mulia kepadaNya.

Allah bersamaku, dalam suka dan duka.

Dan dibalik itu, segalanya yang terbaik untukku.

Aku, nol.

Berprasangka, bahwa Allah sedang menempatkan aku di posisi terendah.

Menegurku dengan rasa yang tak terhingga dalam keterpurukan.

Hilang rasa optimisku yang sebelumnya melesat dengan seribu senyumku di setiap detik, tiba-tiba kecemasan menghantamku, aku merasa tak berguna sebagai manusia dengan segala dosa dan kekuranganku.

Aku merasa jauh dari semuanya.. Merasa terasing dari keceriaanku dahulu.

Tak bisa berpikir... Aku nol...

Renungan untukku..Ketika Allah Maha Bijaksana dan Pemurah kepada hamba-hambaNya.

DITULIS OLEH AKU SEORANG JAKA KRISNADI.

UNTUK AKU SEORANG JAKA KRISNADI.

Untuk aku renungkan disaat ketidakberdayaanku sekarang.

Biarlah do'a-do'a yang menjadi saksi tentang kepasrahanku, ketulusanku akan hal meluruskan niat untuk melaksanakan itikad baik ini dapat menjadi penuntunku, penunjuk jalan hati dari kelemahan yang dapat menjatuhkan aku sebagai ciptaanNya.

Berpikir mendasar dari secuil pengetahuan sebagai manusia, aku sadar bahwa Allah Maha Bijaksana dan Maha Pemurah, tatkala aku yang sombong sebagai ciptaanNya, dengan segala yang aku punya, sebutir harta dan lumpur tahta, sangat tak bijaksana ketika aku hanya memilih untuk hidup dengan semestinya seperti yang aku mau dan aku impi-impikan. Betapa Allah Maha Bijaksana ketika hambaNya memohon dengan menangis, padahal sebelumnya dia telah menghina Allah dengan kelupaannya pada Allah. Namun Allah tetap mengabulkan do'a hambaNya dengan segala sifatnya yang sempurna di atas sempurna.

Maha Pemurah dalam memberi keleluasaan yang tak memberatkan hambaNya dalam berbuat segala kebaikan.

Renungkan... Diriku sebagai manusia yang sedang mempunyai itikad baik, untuk mendapat ridho Allah. Saya tekankan kembali yaitu 'UNTUK MENDAPAT RIDHO ALLAH', bukan tepuk tangan dari sesama manusia yang bagiku itu semu dan hanya membuatku bangga tetapi sebenarnya tak dipandang di mata Allah.

Sebagai perumpamaan, aku manusia yang pada dasarnya baik tapi seiring waktu aku berubah menjadi angkuh karena lupa atas apa yang aku dapat itu adalah karunia Allah. Kemudian..kemudian ada yang datang padaku dengan niat baik yang tulus untuk menjadi teman sekaligus sahabat untukku hingga sehat dan sakitku, hingga sedih dan suka bersamaku, tapi aku tahu (dengan sedikit ilmu) dan melihat (dengan mata kesombongan) bahwa dia tak pantas untuk menjadi teman apalagi sahabatku, dan aku menolaknya serta mengusirnya dari hadapanku.

Itulah aku... Itulah diriku...
Itulah sifatku sebagai manusia...

Bagaimana apabila kondisinya berbalik kepada kita??? Ketika memiliki niat baik dengan segenggam ikhlas yang mulia di mata Allah, kemudian datang dan mengharap ketulusan pada orang lain, lalu ditolak dan diusir. Orang baik akan tersenyum, tapi orang baik juga bisa menjadi sakit hatinya. Orang baik akan bersabar dan menerima serta pergi dengan do'a yang baik untuk orang yang mengusirnya.

Itulah diriku...
Itulah sifatku sebagai manusia...

Belajarnya ilmu Allah, berguru kepada Muhammad Rasul Allah, seorang teladan,yang memiliki sifat dan akhlak seperti Al-qur'an.

Ketika Allah Maha Bijaksana, mengapa kita tidak.

Ketika Allah Maha Pemurah, mengapa kita tidak.

Allah telah mengirimkan Muhammad sebagai 'CONTOH' bahwa manusia juga mampu memiliki sifat bijaksana dan pemurah.

Dengan tujuan agar umatnya mengikuti/MENELADANI sifat beliau.

Tentunya diriku adalah umat Muhammad kan???

Karena aku meyakini Islam sebagai agamaku, maka aku meyakini Allah adalah tuhanku dan Muhammad adalah Rasul yang menjadi TELADAN untuk diriku.

Berarti, mutlak dan pasti bahwa aku mampu untuk bijaksana dan pemurah terhadap sesama manusia, karena yang aku cari seharusnya adalah Ridho Allah. BUKAN TEPUK TANGAN MANUSIA LAINNYA YANG BERGEMA DENGAN KEANGKUHAN.

Sungguh aku merenungkan ini, untuk diriku khususnya..

Ketika cinta tak mampu meluluhkanmu

Terasa perih ketika tak sanggup menggapai hatimu.

Bagai tersayat tepat di jantung hatiku.

Melukaiku sampai tiba tangisku.

Menghapus semua mimpi yang terukir oleh pahatan rindu.

Lelah ku mendaki dengan langkah terhambat karena kerasnya hatimu.

Dan aku merapuh sejadi-jadinya.

Bersandar dalam sisa-sisa do'a yang sia-sia.

Aku hancur karenamu, dengan elok laku mu yang hampa.

Hingga tertulis tentang sedih yang mengurai di jiwa.

Kau cabik ketulusanku.

Kau acuhkan senyumku dengan sikapmu.

Tak sadar kah, bahwa kau memang inginkan aku.

Kau dustai hatimu dengan bias yang tak mampu ku selami.

Biarkan rasaku berlalu untukmu.

Beserta tanya yang terangkum dalam syair-syairku.

Sebuah kisah yang akan membekas dalam guratan kalbu.

Ketika cinta tak mampu meluluhkanmu.

Ini aku...

Aku tak bisa memberikan sesuatu yang mampu membuat dirimu terpesona

Hal romantis yang mungkin didamba setiap wanita

Aku tak mungkin bisa jika harus melakukan itu dalam keterbatasanku dalam rasa

Hanya bisa diam dan tertegun ketika kau ada disisiku


Mencoba semua cara untuk dapatkan hatimu, tapi aku...

Ku hanya mampu tersenyum ketika jatuh hati kepadamu, itu aku


Aku tak bisa memetik gitar dan menyanyikan senandung cinta untukmu

Aku tak pandai menulis sajak-sajak indah untuk merayumu

Aku gugup untuk memberi seikat bunga mawar kepadamu

Tapi aku tak akan ragu menawarkan bahagiaku untuk mengobati sedihmu

Tak akan ragu untuk menggapaimu ketika kau jatuh

Tak akan ragu untuk menghela air matamu

Tak akan ragu memelukmu dalam segala gundahmu

Itu aku...


Aku dalam keterbatasan dalam rasa, namun selalu mencoba berikan yang terbaik untukmu

Dalam resah dan bahagiamu

Hanya untuk kita, berdua



Dan akhirnya rasa ini menemukan peraduannya.

Dengan ataupun tanpa air mata.

Begitu indah nian dengan ketenangannya.


Ada haru beserta tawa.

Membahana dalam perasaan yang menyatu diantara kita.


Kau yang di sana, memberi segala jawaban dari keraguan mendung akan hujan.

Rintik-rintiknya membasahi kegugupanku untuk bisa menyayangimu.

Menenangkan aku, dan menggelora...


Menelaah perumpamaan yang pantas untuk kita berdua.

Sama halnya menatap pelangi yang elok dikala senja.


Menggenggam cinta.

Meresapi kesejukannya di hati dan jiwa.


Aku tak memujamu dengan sekuntum bunga

Dan kau menyambutku dengan cara yang berbeda

Menerima segala harapan yang terucap dalam kata dan pena

Ketulusannya membuatku berlabuh dalam pesona yang kau punya

Hingga kini yang ada adalah kita


Kita tahu ini adalah anugerah yang Maha Kuasa

Yang terpatri menjadi janji untuk saling menjaga dalam cinta

Disetiap langkah dan doĆ” kita, berdua

Dalam genggaman tangan yang penuh cinta


Hanya untuk kita

Untuk Gigi Kelinci, AKU PERGI...

Pernah aku mencoba untuk dekat dan meraihmu.

Pernah aku hiasi hari-hari dengan rindu dan harapan kepadamu.

Dan aku ungkapkan dengan ketulusan yang halus.

Tapi sepertinya aku tak kuasa membuatmu yakin kepadaku.

Hingga kau tampik semua rasa dengan caramu yang tak mampu ku mengerti.

Aku berhenti..

Aku bahagia pernah jatuh cinta padamu, dan biarlah cukup saat ini aku mengagumimu saja.

Aku tak pantas untuk lebih di sisimu, aku hanya teman bagimu, maaf karena kelancanganku pernah mencintaimu.

Telah sadar ketika aku datang dengan cinta, tapi akhirnya terbenam dalam dinginnya sikapmu.

Telah pasti aku datang saat itu, dan kau menjauh dari apa yang ku sebut cinta.

Kini, biarkan aku pergi dengan tersenyum, menggenggam bahagia dari cinta.

Jangan harapkan aku untuk kembali mencoba dekat padamu, aku tak bisa.

Jangan kau coba untuk belajar mencintaiku ketika aku telah menghentikan asaku kepadamu.

Jangan sakiti dirimu dengan rasa kecewa karena kepergianku.

Aku pergi karena sikapmu, karena tak cukup kuat untuk mendobrak pintu hatimu.

Aku menyerah...

Dan kau tetaplah menjadi dirimu, mungkin aku bukanlah lelaki yang kau mau.

Biarkan aku pergi dengan tersenyum dan bahagia.

Terlambat sudah apabila kau mulai mencoba untuk mengakui perasaanku.

Tak usah kau sesali semua.

Aku pergi...

Terima kasih untuk senyum yang pernah tersaji dalam syair yang merdu.