Syahdu...
Syahdu...
Syahdu...
Sesuatu yang aku rasakan akhir-akhir ini, sebuah ungkapan yang tiada habis tentang Gigi Kelinci, tentang dia yang aku cintai.
Mungkin aku terlihat seperti lelaki yang sedang dirundung asmara yang teramat sangat.
Namun tidak demikian hal yang sebenarnya, aku mencintai dia dengan perasaan yang sangat sederhana, yaitu cinta seorang manusia pada umumnya.
Pernah aku katakan sebelumnya, "Sungguh aku tak ingin rasa cinta ini melebihi rasa cintaku pada Allah dan Rasulku".
Sungguh cinta ini hanyalah setitik rasa yang dianugerahkan olehNya pada diriku.
Gigi Kelinci aku menyebutnya, sebuah panggilan yang indah menurutku, penuh dengan pesona yang aku sendiripun sulit untuk meng-analogi-kannya.
Ya! Gigi Kelinci. Segores kisah yang sederhana tetapi dapat menyembuhkan segala penat.
Aku akui, walaupun cinta ini sangat sederhana tetapi kekuatannya luar biasa, sehingga aku teguhkan untuk menanti dirinya hingga saatnya tiba, yaitu saat-saat dimana aku dan dia mengikat janji suci di hadapan Allah, membangun sebuah keluarga yang diridhoiNya.
Jika penantianku tak teraih, aku teguhkan sejak awal bahwa aku tak akan kecewa, karena Allah Maha Tahu apa yang terbaik untukku dan dirinya.
Gigi Kelinci, biarkanlah aku mencintaimu, jangan pernah kau hiraukan kebimbangan,
biarkan aku berikrar bahwa cinta ini adalah ketulusanku,
jangan pernah takut untuk membuatku kecewa,
karena hidup adalah kemurnian.
Biarkan cinta ini mengalir dengan arusnya, jangan kau hentikan.
Rabu, November 18, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar